Saturday 20 June 2015

SEDAP MALAM


 


Bunga yang sering ku beli di pasar perempatan jalan. Mungkin kita sekilas hampir punya nama yang sama, malam... Ketika aku menghirup aromanya seketika itu rasa penatku hilang. Entah kenapa aku jatuh cinta dengan bunga ini. 
Linda, anak didikku bilang bu guru kok suka bunga itu? Kan horor Bu.. Lalu ku jawab, bukan bunganya yang horor nak, tapi rasa takutmu yang buat horor. Nah coba deh, harum banget. Ini kan bunga, cantik kan nak jadi ndak perlu takut. Dia pun tersenyum padaku. 

Sedap malam, bunga yang sejak awal ketika aku mengenalnya aku sudah menyukainya. Ketika tetangga, saudara menikah bunga ini yang sangat ku tunggu. Kalaupun tak boleh diambil pasti ku tunggu sampai dibuang. Lalu ku pungut dan ku bawa pulang.
Sekarang, aku bisa membelinya walau tak rutin di pasar perempatan jalan. Bunga yang manis dan aku suka.

Bunga yang selalu punya alasan untuk bisa membuatku senang. Bunga yang selalu punya alasan untuk bisa membuat ku bahagia ketika melihatnya mekar dan menebarkan aroma wanginya. Aku sangat menyukainya. Sedap malam, bunga yang punya arti untukku. Tentang cinta, penantian dan kesetiaan. Tentang rasa yang tak seberani mawar untuk mengungkapkannya. Tentang paras elok yang menentramkan namun jarang disadari tak seperti bunga lainnya. 

Bunga yang sering ku beli sendiri di pasar perempatan jalan. Bukan berarti aku sendiri, namun sedang menunggu. Bersama bunga putih itu yang selalu meyakinkanku bahwa dirimu baik-baik selalu. Bahwa dirimu pun menyimpan rasa untuk kelak kau bagi berasamaku. Bahwa kita saling bertukar doa tanpa kita sadar. Bahwa kita sedang merayu takdir untuk mengizinkan kita bersama. Bahwa kita saling mencintai walau dalam diam..
Bunga yang indah

No comments:

Post a Comment